Saturday, September 13, 2008

puasa bagi ibu menyusui..

puasa hari 1 dan 2 kemaren sempet lemes banget pas udah jam 4 sore gitu..

seharian, talitha asi terus,bahkan lebih banyak dari pada biasanya..

padahal makan bubur,

makan buah juga banyak,

tapi asi tetep kenceng banget! bahkan sempet mikir:apa karena berkah puasa y?mungkin lebih istimewa rasa asinya..hehehe

aku emang ikut forum ibu muda, dan ibu2 yang lain ternyata punya strategi makannya di banyakin. bahkan total makan berat dari buka sampe sahur 4 kali makan.

kalo aku?? wah ga kuat juga makan banyak..

tapi,karena niat banget pengen puasa,jadi setiap sahur bilang ke talitha kalo bundanya mau puasa,doain lancar ya nak..

nah ini yang aku dapet tentang puasa bagi ibu menyusui,semoga manfaat :)

----------------

ASI LANCAR WALAU BERPUASA

Jangan khawatir bayi akan kekurangan ASI, karena pada dasarnya puasa hanya mengubah jadwal makan.

Selama bulan Ramadan, ibu menyusui sebenarnya bebas memilih untuk berpuasa atau tidak. Jika memilih tidak, kebanyakan beralasan bahwa puasa sebulan akan menurunkan produksi ASI. Seperti yang kita tahu, ASI harus selalu lancar agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sang bayi. Alasan lainnya, kegiatan menyusui yang menguras tenaga akan membuat ibu makin lemas dan tak kuat berpuasa. Maklumlah, beberapa saat setelah menyusui biasanya ibu merasa lapar, bukan?

Semua kekhawatiran itu wajar saja adanya, tapi sebenarnya tak beralasan sama sekali. Seperti dikatakan dr. Etiza Adi Murbawani, M.Si., secara klinis, kegiatan puasa hanya mengubah jadwal makan. Yang berubah hanya waktu makannya saja, kok. Sementara, asupan makanan yang dikonsumsi ibu menyusui selama berpuasa bisa dibuat sama dengan saat tidak berpuasa, yaitu gizi seimbang dengan komposisi 50% karbohidrat, 30% protein, dan 10-20% lemak.

TAMBAH KALORI

Hanya saja, tambah staf pengajar pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang ini, ibu menyusui membutuhkan kalori yang lebih besar. "Untuk memproduksi ASI se-banyak 850 cc, ibu perlu menambahkan kurang lebih 1000 kalori dari kebutuhan wanita dewasa normal. Semua itu diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI, sekaligus memulihkan kesehatan usai persalinan."

Dengan berpatokan pada angka kebutuhan tersebut, selama berpuasa, ibu hanya perlu mengubah jadwal makan saja. Jika ibu menyusui terbiasa makan dengan porsi sedikit tapi sering, maka di bulan Ramadan porsi yang sedikit itu harus ditambah. Alasannya, acara makan berat di bulan tersebut cuma dilakukan pada saat berbuka dan sahur. Etiza menganjurkan untuk menyantap dulu makanan pembuka yang manis-manis guna menghindari mual. Setelah salat Magrib, barulah mengonsumsi makanan berat.

Jika ibu tak dapat sepenuhnya menambah porsi dalam sekali makan, maka yang dapat dilakukan adalah mengganti satu kali makan berat porsi normal dengan dua kali makan berat porsi kecil. Caranya, saat berbuka puasa, mulailah dengan makanan pembuka lalu salat Magrib. Usai salat Magrib, lanjutkan makan besar dengan porsi kecil. Setelah itu ibu melakukan salat Tarawih. Selesai salat, ibu menggenapi makan besarnya dengan porsi kecil kedua. Dengan demikian, kebutuhan porsi makannya tetap terpenuhi di waktu berbuka.

PERBANYAK CAIRAN

Sejak waktu berbuka hingga sahur, Etiza menyarankan agar ibu menyusui banyak-banyak meneguk cairan. "Cairan itu bisa berasal dari air putih, buah-buahan, dan susu."

Khusus susu, Etiza sangat menganjurkan ibu menyusui untuk mengonsumsinya. Kandungan kalsium pada susu sangat berguna untuk kebutuhan ibu dan bayi. "Namun, jangan langsung minum susu begitu tiba waktu berbuka karena dapat menyebabkan mual. Sebaiknya susu diminum setelah menyantap makanan kecil. Satu gelas lagi diminum menjelang tidur malam. Kemudian satu gelas lagi saat sahur." Jika tetap terasa mual, disarankan untuk minum susu kedelai.

BARENGI ISTIRAHAT

Kala berpuasa, jika ibu merasa sangat lemas sehabis menyusui, maka beristirahatlah. Entah dengan cara tidur atau sekadar relaks menenangkan pikiran. Ingat, sukses tidaknya menyusui, salah satunya dibarengi dengan pikiran yang tenang dan positif. "Kalau ibu menyusui yang berpuasa yakin tak akan merasa lemas, maka ia tak akan lemas. Dan jika ia yakin bisa memberikan ASI selama puasa, maka ASI-nya juga akan keluar terus."

Apalagi pengeluaran ASI juga dipengaruhi oleh isapan bayi. Semakin sering diisap, produksinya akan semakin banyak. Jadi, bila selama puasa ibu tetap rajin menyusui, ASI akan tetap lancar.

Menurut Etiza, ASI yang tak keluar penyebabnya lebih sering berkaitan dengan kondisi psikis ibu semisal stres. "Justru kalau di bulan puasa ibu banyak beribadah dan berdoa dengan tenang sembari tetap menyusui dan yakin kegiatan puasa tak akan menghalangi pemberian ASI, niscaya kandungan dan jumlah ASI tak akan berpengaruh pada bayi. ASI tetap akan lancar."

Ingat lo, mendapatkan ASI adalah hak bayi. Jadi, dahulukan kepentingannya. Bagaimanapun, berpuasa bagi ibu menyusui adalah pilihan. Jika tidak sanggup menjalaninya, ibu dapat menggantinya dengan bentuk ibadah yang lain. Namun, jika tetap ingin menjalani keduanya, ikuti kiat tadi. Kuncinya cuma asupan gizi yang baik dan tepat, juga pikiran yang positif.

----------------

kalo secara agama?? (wah,yang ini tolong di kasih kritik kalo salah..)

Wanita yang sedang hamil dan/atau menyusui diperbolehkan tidak berpuasa jika dikhawatirkan akan mengakibatkan terganggunya kesehatan, baik itu akan berpengaruh pada anak yang dikandung maupun pada wanita yang sedang mengandung. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dengan hasil konsultasi dari pakar medis yang menangani kehamilan tersebut. Jika memang --menurut perspektif medis-- berpuasa tidak berbahaya bagi kesehatan wanita tersebut, maka sebaiknya tetap berpuasa. Akan tetapi jika puasa dikhawatirkan membawa dampak yang membahayakan kehamilan maupun ibu yang mengandung, maka diperbolehkan tidak berpuasa.

Mengenai fidyah dan qodlo puasa, berikut pendapat beberapa ulama terkait wanita hamil atau menyusui:
1. Jika ia khawatir puasa dapat membahayakan kesehatannya atau kesehatan anaknya, maka boleh tidak berpuasa dan wajib meng-qadla di luar Ramadlan tanpa membayar fidyah.
2. Jika ia khawatir puasa dapat membahayakan kesehatan anaknya saja dan tidak membahayakan dengan kesehatannya sendiri, maka boleh tidak berpuasa dan wajib meng-qadla. Selain itu, sebaiknya juga membayar fidyah. Ini adalah pendapat Imam Syafi'i. Sementara Imam Hanafi berpendapat harus qadla dan tidak diperbolehkan membayar fidyah saja.
3. Dalil yang memperbolehkan tidak puasa bagi wanita hamil atau menyusui diqiyaskan dengan orang yang sedang sakit dan musafir (orang yang dalam perjalanan). Juga berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwasanya Allah memperbolehkan kepada musafir untuk tidak berpuasa, qashar dan jamak sholat. Begitu juga bagi orang yang sedang hamil dan menyusui, diperbolehkan tidak berpuasa (H.R. Ahmad dan Ashab al-Sunan dari Anas bin Malik). Justru sebaiknya wanita hamil atau menyusui tidak berpuasa apabila puasa tersebut mengakibatkan terganggunya kesehatan ibu yang sedang hamil dan janin yang dikandungnya.
4. Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Said bin Jubair (Sahabat) menyatakan diperbolehkannya membayar fidyah saja tanpa harus meng-qadla. Karena qadla itu sendiri dibatasi sampai sebelum datangnya Ramadlan berikutnya. Jika sampai tahun berikutnya tetap tidak bisa meng-qadla puasa karena menyusui, maka boleh (baca: cukup) membayar fidyah saja

---------------------

No comments:

Post a Comment

mari yuk mari..
kasih komen,pesan,kata-kata..
dengan sangat senang hati..
yuk atuh..